9 research outputs found
Stakeholder role in improving agribusiness efficiency and food security in developing countries
Purpose: Food security is one of the main goals for sustainable development having an important position in determining the government policies. The main objective of this study is to analyze the role of stakeholders in corn farming business efficiency by 1) analyzing the efficiency of small-scale corn farming in Grobogan Regency, Central Java and 2) analyzing the role of stakeholders in increasing food security. Design/methodology/approach: The study used a mixed method, a combination of quantitative and qualitative analysis. The analytical tool used was Data Envelopment Analysis (DEA), regression analysis, and stakeholder analysis with a focus on convergence and divergence among stakeholders. Findings: The calculation results show that as many as 18 (30%) corn farming has been efficient. The main stakeholders’ role was found between the Agriculture office and farmers’ associations. Practical implications: The results show a close relationship and communication among actors. Furthermore, the actors share the same objectives so that the convergence path is mutually supportive and synergistic. Originality/value: The study provides a new discourse in an effort to improve agricultural efficiency in developing countries by analyzing the closeness between actors and modeling farmers' access to agricultural resources and governance.peer-reviewe
Analisis Pengaruh Stok Beras, Luas Panen, Rata-Rata Produksi, Harga Beras, dan Jumlah Konsumsi Beras Terhadap Ketahanan Pangan di Jawa Tengah
The threat of rice endurance crisis is affecting Indonesia even more. Several opinions state that this particular problem occurs as the consequence of the significant increasing of rice consumption along with the high growth of inhabitant, while rice production’s capability is actually decreasing. It even worsen by the higher price of foodstuffs that leads to the groceries scarcity. As one of the biggest rice producer in Indonesia, The Province of Central Java has a responsibility to fulfill the demand of rice. However, that particular demand could only be a merely hope if The Province of Central Java can not even fulfill its own society’s demand of rice. Therefore, this research is being arranged to analyze the condition of Central Java’s rice endurance condition with focusing more on the rice availability in each region.
This research is using rice availability ratio as the dependent variable, while the independent variables that being used are rice stock, harvest extent, average production, retail rice price, and number of rice consumption. The method being used is data panel analysis by comparing rice availability pattern in each region in Central Java.
By the result of regression, it is known that the rice stock has an insignificant positive impact upon rice availability ratio, harvest extent, and average production. Rice price has an insignificant negative impact to rice availability ratio, while number of rice consumption has a significant negative impact on rice availability ratio. Based on the analysis result, it can be found that 22 regions have better rice availability ratio’s growth compared to region of Sukoharjo as the benchmark of this research, while the rest 12 regions have lower rice availability ratio’s growth compared to region of Sukoharjo
ANALISIS KINERJA SEKTOR USAHA TANI PADI MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS (Aplikasi Model DEA, studi kasus Provinsi Jawa Tengah
Abstraksi
Kondisi perekonomian negara-negara di dunia berbeda-beda sehingga
muncul kategori bagi negara-negara tersebut. Secara umum terdapat dua kategori
yaitu negara berkembang dan negara maju. Negara maju identik dengan
industrialisasi sedangkan negara berkembang identik dengan pertanian. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang namun saat ini sektor industri menjadi
tulang punggung perekonomian, jika kita melihat potensi yang ada, Indonesia
seharusnya mengembangkan sektor pertanian karena didukung oleh sumber daya
yang melipah baik manusia maupun alam. Lahan di Indonesia sangat subur
sehingga seharusnya lebih mengoptimalkan lahan pertanian sebagai prioritas
utama. Produksi padi Indonesia mengkhawatirkan dalam beberapa tahun
belakangan, sehingga harus mengimpor. Fakta tersebut sangat mengkhawatirkan
karena Indonesia yang memilild lahan subur tetapi harus melakukan impor untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri . Jawa Tengah sebagasi penyangga produksi
nasional secara umum tidak ada kendala yang dihadapi kebutuhan, namun dalam
pengalokasian faktor produksi masih dapat dicari alokasi yang lebih efisien
dengan membandingkan kabupaten yang ada. Melalui pembandingan antar
kabupaten dapat diketahui daerah mana yang telah efisien relatif terhadap
kabupaten lain.
Pada dasarnya Agribisnis merupakan konsep industrialisasi pada sektor
pertanian mengingat akan terdapat keterkaitan antar sektor, kelebihan dari konsep
ini adalah bahwa pertanian tidak lagi hanya untuk kebutuhan pribadi tetapi untuk
komersial, sehingga orientasinya adalah profit demi kesejahteraan petani. Untuk
itu efisiensi merupakan sebuah langkah mutlak agar petani memperoleh
penghasian yang optimal. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan
alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA) terhadap empat belas kabupaten
di Jawa Tengah yang memiliki tingkat produktivitas lahan diatas rata-rata
provinsi.
Melalui penghitungan efisiensi maka kabupaten Sukoharjo, Klaten,
Cilacap, dan Demak memperoleh skor efisiensi 100 persen relatif terhadap
kabupaten lainnya yang menjadi studi kasus. Pada kabupaten lainnya inefisiensi
terjadi pada faktor produksi yang bermacam-macam. Konsep Agribisnis
digunakan agar dalam mengatasi masalah inefisiensi lebih tepat sasaran seperti
penc iptaan lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja yang tidak efisien
serta dapat menampung hasil produksi, kemudian adanya diskriminasi harga pada
pupuk dan benih karena kebijakan pemerintah tidak mungkin menyentuh pada
takaran yang diperlukan sehingga apabila benih atau pupuk tidak efisien
menandakan bahwa daerah tersebut membutuhkan pupuk atau benih dengan harga
yang lebih murah.
Kata Kunci
: Agribisnis, Kinerja, Efisiensi, DEA, dan Jawa Tenga
ANALISIS KINERJA SEKTOR USAHA TANI PADI MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS (Aplikasi Model DEA, studi kasus Provinsi Jawa Tengah
Kondisi perekonomian negara-negara di dunia berbeda-beda sehingga
muncul kategori bagi negara-negara tersebut. Secara umum terdapat dua kategori
yaitu negara berkembang dan negara maju. Negara maju identik dengan
industrialisasi sedangkan negara berkembang identik dengan pertanian. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang namun saat ini sektor industri menjadi
tulang punggung perekonomian, jika kita melihat potensi yang ada, Indonesia
seharusnya mengembangkan sektor pertanian karena didukung oleh sumber daya
yang melipah baik manusia maupun alam. Lahan di Indonesia sangat subur
sehingga seharusnya lebih mengoptimalkan lahan pertanian sebagai prioritas
utama. Produksi padi Indonesia mengkhawatirkan dalam beberapa tahun
belakangan, sehingga harus mengimpor. Fakta tersebut sangat mengkhawatirkan
karena Indonesia yang memilild lahan subur tetapi harus melakukan impor untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri . Jawa Tengah sebagasi penyangga produksi
nasional secara umum tidak ada kendala yang dihadapi kebutuhan, namun dalam
pengalokasian faktor produksi masih dapat dicari alokasi yang lebih efisien
dengan membandingkan kabupaten yang ada. Melalui pembandingan antar
kabupaten dapat diketahui daerah mana yang telah efisien relatif terhadap
kabupaten lain.
Pada dasarnya Agribisnis merupakan konsep industrialisasi pada sektor
pertanian mengingat akan terdapat keterkaitan antar sektor, kelebihan dari konsep
ini adalah bahwa pertanian tidak lagi hanya untuk kebutuhan pribadi tetapi untuk
komersial, sehingga orientasinya adalah profit demi kesejahteraan petani. Untuk
itu efisiensi merupakan sebuah langkah mutlak agar petani memperoleh
penghasian yang optimal. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan
alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA) terhadap empat belas kabupaten
di Jawa Tengah yang memiliki tingkat produktivitas lahan diatas rata-rata
provinsi.
Melalui penghitungan efisiensi maka kabupaten Sukoharjo, Klaten,
Cilacap, dan Demak memperoleh skor efisiensi 100 persen relatif terhadap
kabupaten lainnya yang menjadi studi kasus. Pada kabupaten lainnya inefisiensi
terjadi pada faktor produksi yang bermacam-macam. Konsep Agribisnis
digunakan agar dalam mengatasi masalah inefisiensi lebih tepat sasaran seperti
penc iptaan lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja yang tidak efisien
serta dapat menampung hasil produksi, kemudian adanya diskriminasi harga pada
pupuk dan benih karena kebijakan pemerintah tidak mungkin menyentuh pada
takaran yang diperlukan sehingga apabila benih atau pupuk tidak efisien
menandakan bahwa daerah tersebut membutuhkan pupuk atau benih dengan harga
yang lebih murah.
Kata Kunci : Agribisnis, Kinerja, Efisiensi, DEA, dan Jawa Tenga
Statistika deskriptif dalam bidang ekonomi dan niaga
Buku ini berusaha menciptakan keseimbangan antara penjelasan teoretis materi yang dikaji pada setiap bab dengan penerapannya pada contoh kasus. Buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi yang baik dan terpercaya bagi para pembaca